Apakah salah bila berteriak berusaha membela yang lemah?
Apa terlihat lemah bila berada dibelakang kaum tertindas?
Apa patut mengiba bila tak pernah ada jawaban atas semua persolan?
Apakah aku memanglah aku, saat membela namun tak ada yang membela?
Nistakah ini bila terlalu berisik saat semua tutup mulut?
Bahkan saat semua resah bertumpu, amarah mendera, namun solusi tak kunjung menghampiri
Atau saat bersuara, sanak famili diam seribu bahasa
Bernarkah ini atau hanya aku yang merasa
Teruntuk mereka yang bersembunyi dibalik topeng-topeng baja
Berseragam rapih namun beraroma busuk
Lihatlah serakan-serakan karung itu bersama tangan yang sudah menghitam
Amati nasi-nasi yang tak terjamah, buah, ikan yang terlihat namun jauh dari pelupuk mata
Dengarkan perut-perut yang bersuara bagai irama
Tengoklah bulir bulir peluh yang menetes dan menghasilkan hampa
Tak merasakah dosa itu telah terpanggul di pudakmu?
Tak berpikirkah kau yang katanya berpikir?
Atau mungkin dalam hati mu sudah bersemayam mawar hitam
Atau mungkin pandanganmu telah tertutupi mewahnya tunggangan, kaca-kacanya yang terlampau hitam hingga jalananpun kau harus meraba dengan teknologi
Rumahmu juga terlalu kokoh hingga derik jangkrik pun tak sanggup kau dengar lagi
Aku atau kau yang nista?
Kau atau mereka yang hina?
Aku atau mereka yang kerdil?
Yang pasti Tuhan Maha Tahu
Taipei, 15 April 2018
AMA
Sebuah Perubahan
Sedikit, Namun Membawa Dampak yang Besar
Saturday, April 14, 2018
Tuesday, June 13, 2017
Bertumbuh
Bertumbuh...
Merupakan sebuah proses di mana
kemamuan untuk menerima itu ada. Menerima keadaan, menerima kehadiran orang
lain, menerima hal baru, menerima berbagai pelajaran yang disuguhkan di alam
ini. Ya, penerimaan itu bukan perkara mudah. Berbagai friksi kerap kali
dirasakan bila perbedaan itu nyata terlihat. Pilihannya ada dua, beranjak atau berjuangan
menghadapi proses penerimaan dengan mencerna berbagai nilai yang disuguhkan.
Tentunya penerimaan yang
dilakukan bersifat aktif. Berbeda dengan pasrah dan tidak melakukan apa-apa.
Namun penerimaan yang penuh dengan kelapangan dada untuk memahami, berusaha memperbaiki
serta senantiasa bertahan untuk dapat melewati proses.
Layaknya sebutir biji yang
ditaman di dalam tanah akan beranjak tumbuh, ia harus mengalami berbagai proses
penerimaan yang tidak mudah. Pertama, ia harus berada tertimbun oleh tanah. Terlalu
gelap dan pengap, ia harus bisa berkawan dengan cacing tanah, semut, dan segala
jenis makhluk hidup di sana. Atau ia harus berhadapan dengan jamur yang mungkin
bisa membunuhnya perlahan. Sehingga ia harus berusaha bertahan dengan berbagai
kondisi hingga akhirnya akar bisa muncul membuatnya kuat. Kemudian baru lah
dapat menembus gelapnya tanah menandakan ia telah bertumbuh menjadi bentuk lain
yang siap untuk memberi manfaat.
Seperti halnya seekor ayam yang
harus berjuang menembus kerasnya cangkang sebelum akhirnya ia menjadi sosok yang
sempurna. Setelah berhasil menembus cangkang telur, ia pun masih harus
melakukan penerimaan terhadap kondisi lingkungan yang baru. Belum lagi bila
pemangsa-pemangsa mulai hadir, ia harus bertahan sebagai wujud penerimaan untuk
bisa menyelamatkan diri sendiri sebelum akhirnya ia bisa tumbuh besar dan
memberikan manfaat lebih banyak lagi.
Begitu pula manusia yang
diberikan akal pikiran. Sejak lahir pun telah diajarkan banyak penerimaan hidup.
Dari yang awalnya berada di lautan air ketuban hingga harus bisa menghirup
napas di udara. Serta berbagai penerimaan lain yang senantiasa mengiringi
hingga saat ini. Ketika penerimaan itu sudah hadir maka berbagai sikap positif
lain akan menyertai sebagai tanda lulusnya proses penerimaan. Selamat melewati berbagai proses penerimaan,
agar kita dapat senantiasa bertumbuh dan selalu siap untuk menebar banyak
kebaikan di manapun berada.
Subscribe to:
Posts (Atom)