Saturday, April 14, 2018

Paradoks

Apakah salah bila berteriak berusaha membela yang lemah?
Apa terlihat lemah bila berada dibelakang kaum tertindas?
Apa patut mengiba bila tak pernah ada jawaban atas semua persolan?

Apakah aku memanglah aku, saat membela namun tak ada yang membela?
Nistakah ini bila terlalu berisik saat semua tutup mulut?
Bahkan saat semua resah bertumpu, amarah mendera, namun solusi tak kunjung menghampiri
Atau saat bersuara, sanak famili diam seribu bahasa
Bernarkah ini atau hanya aku yang merasa

Teruntuk mereka yang bersembunyi dibalik topeng-topeng baja
Berseragam rapih namun beraroma busuk
Lihatlah serakan-serakan karung itu bersama tangan yang sudah menghitam
Amati nasi-nasi yang tak terjamah, buah, ikan yang terlihat namun jauh dari pelupuk mata
Dengarkan perut-perut yang bersuara bagai irama
Tengoklah bulir bulir peluh yang menetes dan menghasilkan hampa

Tak merasakah dosa itu telah terpanggul di pudakmu?
Tak berpikirkah kau yang katanya berpikir?
Atau mungkin dalam hati mu sudah bersemayam mawar hitam
Atau mungkin pandanganmu telah tertutupi mewahnya tunggangan, kaca-kacanya yang terlampau hitam hingga jalananpun kau harus meraba dengan teknologi
Rumahmu juga terlalu kokoh hingga derik jangkrik pun tak sanggup kau dengar lagi
Aku atau kau yang nista?
Kau atau mereka yang hina?
Aku atau mereka yang kerdil?
Yang pasti Tuhan Maha Tahu


Taipei, 15 April 2018
AMA

No comments:

Post a Comment