Saturday, March 31, 2012

Kesasar Menuju Benowo


Benowo, nama sebuah daerah yang menjadi perbatasan antara Surabaya dan Gresik. Aku memang belum pernah ke daerah itu sebelumnya. Pengalaman yang unik  ketika aku dan tiga orang teman lainnya nyasar saat menuju dan pulang dari Benowo. Saat itu kami akan survey tempat untuk acara jurusan. Nyasar bukanlah hal yang tabuh bagiku. Karena sudah kesekian kalinya aku kesasar. Bahkan saat aku pergi ke UNAIR pun aku kesasar padahal aku sudah pernah ke tempat itu hingga lima kali, dan selama lima kali menuju tempat itu pun aku kesasar. Entah karena aku yang tidak bisa menghapalkan jalan atau memang di alam bawah sadarku kesasar merupakan hobi yang tidak aku sadari.

Sebelum perjalanan panjang menuju Benowo dengan teman-temanku yang lain serta senior jurusan, aku memanjatkan doa agar perjalanannya bisa lancar. Perjalanan dimulai dengan berangkatnya beberapa senior di depan disusul aku dan teman-teman yang lain. Awalnya semua berjalan dengan lancar karena senior yang aku ikuti masih berada didepanku. Kemudian temanku yang lain menyusulku. Namun ternyata setelah lampu merah ke arah Benowo tak satupun senior yang terlihat. Aku mulai panik, tetapi tetap berfikir pasti aku tidak akan nyasar karena satu teman ada di depanku dan satu lagi ada dibelakangku. Tapi temanku yang berada di paling depan tampak meminggirkan motornya. Aku pun mengikutinya dan ternyata ia juga tidak tahu jalan. Berusaha berpikir jernih, namun otak ini sudah enggan untuk diajak berdiskusi.

Akhirnya aku panik! Aku sms semua teman-temanku yang lain dan menyatakan bahwa kami hilang. Untung saja Shincan bertanya ke bapak-bapak tukang buah. Ternyata kami berada pada jalur yang benar. Kami tetap melanjutkan perjalanan hingga Koramil Benowo. Kami berhenti dipingir jalan untuk menghubungi teman kami yang lain. Setelah teman kami menelepon, kami akhirnya memutuskan untuk menunggu di tempat tersebut. Untuk mengisi kekosongan, kami pun berfoto-foto dipinggir jalan (bingung mau ngapain lagi).

Lama sudah kami menanti, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Gelora Bung Tomo (GBT). Di perjalanan kami melewati sebuah distro baju. Karena menarik, kami berhenti di distro tersebut untuk melihat-lihat baju. akupun melihat baju batik yang menurutku bagus. Ketika aku mau membelinya, eh ternyata ada baju bercorak bunga yang kayaknya lucu. Tanpa berfikir panjang aku berusaha sekuat tenaga untuk menawar namun hasilnya harga yang masih relatif mahal yang aku dapat. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju GBT.

Tiba-tiba Shincan berhenti.
"rek kenapa?," ujarku juga berjalan menepi
"plat nomorku," jawab Shinchan
"kenapa emang?"
"platku depannya N"
"emang kenapa?" (bingung)
"N kan Malang"
"lho kamu bukannya dari Lumajang?"
"iya"
"kenapa platmu N?"
"N kan platnya Lumajang sama Malang"
(Ghulam dan Hanung hanya memperhatikan dialog kami dengan seksama kayaknya bingung juga)
"trus emang kenapa tiba-tiba mempermasalahkan plat nomor??" ungkapku sambil garuk-garuk kepala
"aku takut"
"hah??"
"aku takut bonek"
"emang apa hubungannyaaaa!" jeritku frustasi
"kalo dia dari Malang berarti gak boleh masuk ke daerah ini," ujar Hanung menengahi
aku terdiam sejenak berusaha mencerna maksud dari dialog yang tengah kami bicarakan.
"emang ada bonek tadi?" tanyaku
"nggak, takutnya," jawab Shinchan
"yaampun!" seruku

Beberapa menit kemudian senior pun menjemput kami. Akhirnya sampai juga kami pada tempat yang dituju. Lagi-lagi nyasar, ujarku dalam hati. 

No comments:

Post a Comment