Sunday, January 6, 2013

2013, Menanti Bangkitnya Nelayan Indonesia



Tindak Pelanggaran di Laut Indonesia Masih Tinggi

“Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luar samudra…..”, lagu tersebut kerap kali kita dengar sejak masih dalam usia balita. Lagu tersebut juga yang kita dendangkan untuk menggambarkan betapa luasnya laut yang dimiliki Indonesia. Laut Indonesia yang mencapai 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial, 2,8 juta km2 perairan pedalaman dan kepulauan, 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), dikelilingi lebih 17.500 pulau, dengan panjang pantai 95.181 kilometer, merupakan sumber kekayaan yang luar biasa. Bahkan berdasarkan pada bulan April tahun 2011 setelah melewati proses klaim yang panjang dan berliku atas klaim yang diajukan kepada UN-CLS (The United Nations Commission on the Limits of Continental Shelf), wilayah laut Indonesia bertambah seluas 4.209 km2. Tentunya sumber kekayaan alam tersebut akan menjadi berkah bagi rakyat Indonesia khususnya para nelayan apabila dapat mengelola hal tersebut dengan baik.

Namun, sayangnya kenyataan tersebut sangat berbanding terbalik dengan kondisi yang ada. Sumber kekayaan maritim Indonesia yang kian melimpah tidak dapat dirasakan oleh nelayan kita saat ini. Sebanyak 7,87 juta orang tercatat sebagai nelayan yang kondisi ekonominya rendah. Jumlah nelayan miskin tersebut tersebut sama dengan 25,14 persen  dari jumlah total penduduk miskin nasional. Kenyataan yang cukup mencengangkan mengingat seharusnya mata pencaharian sebagai nelayan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih layak.

Tak jauh di daerah pantai yang ada di Surabaya yaitu Kenjeran. Berjalan disekitar kawasan tersebut dan melihat kondisi wilayah tersebut sebenarnya cukup membuat miris dengan kenyataan yang ada. Masyarakat setempat yang bermata pencaharian sebagai nelayan harus bekerja keras membanting tulang dalam mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Tak hanya suami yang pergi melaut saat malam hari, para istri pun harus rela bekerja sepanjang waktu untuk ikut membersihkan ikan, kerang dan hasil tangkapan lainnya sejak pagi buta. Bukan hanya hanya itu, mereka juga menjemur ikan tersebut saat matahari telah terbit hingga pergi ke para tengkulak untuk memasarkan hasil tangkapan mereka. Sehingga kondisi lingkungan tempat tinggal pun tidak lagi diperhatikan seperti hasil limbah tumpukan kulit kerang yang tidak lagi dimanfaatkan.

Pergi melaut pun dapat dilakukan bila kondisi cuaca memadai, bila tidak maka terpaksa kesempatan untuk mencari ikan dilaut pun ditanggalkan. Jika memaksakan diri untuk melaut ditengah cuaca yang begitu tidak menentu alih-alih ikan yang didapat, nyawalah yang menjadi taruhannya. Dilain sisi kenaikkan BBM merupakan salah satu penghambat nelayan untuk dapat melaut. Pasalnya, mata pencaharian para nelayan dalam melaut yaitu memburu ikan, sehingga tidak bisa lepas dari perahu motor yang menggunakan BBM. Banyak sekali kendala yang dirasakan para nelayan untuk dapat maju.

Saat ini seolah-olah lagu Nenek moyangku seorang pelaut hanya dalam batas kenangan belaka. Bahkan saat ini anak dari seorang nelayan berusaha menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi berharap agar anaknya tidak menjadi seorang nelayan yang bekerja banting tulang namun penghasilannya tetap saja belum mencukupi. Rasa kebanggaan tersebut seakan lenyap, yang disebabkan berbagai faktor sehingga pekerjaan sebagai seorang nelayan dinilai menjadi sangat kurang menjanjikan.

Disaat bangsa Indonesia masih belum bangga dan bergerak untuk mengolah sumber daya lautnya, masyarakat asing dengan mudahnya memanfaatkan kesempatan tersebut. betapa seringnya kita mendengar berbagai berita bahwa kapal Negara asing telah memasuki dan menangkap ikan tanpa ijin di perairan Indosnesia. Pencurian asset laut contohnya, ikan sebanyak 1,5-4 juta ton ikan dicuri setiap tahun oleh nelayan asing. Menurut Koordinator Penguatan Jaringan KIARA Abdul Halim ada 10 negara yang melakukan pencurian ikan di wilayah Indonesia yakni Malaysia, Vietnam, China, Taiwan, Myanmar, Filipina, Thailand, Kamboja, Panama, dan Korea Selatan.

Banyak aspek yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih agar nelayan Indonesia dapat maju. Diantaranya yaitu aspek pengembangan SDM. Pada proses tersebut tidak hanya orang tua yang bermatapencaharian sebagai nelayan yang diberi pelatihan dan pengetahuan seputar kelautan serta aturan apa yang berlaku. Melainkan rasa kecintaan sebagai seorang nelayan juga harus ditanamkan digenerasi penerusnya agar dapat terus menimba ilmu dibidang maritim dan bisa menjadi bibit unggul untuk dapat berkecimpung memajukan bidang maritim di Indonesia. Selain itu juga perlu adanya pembelajaran seputar kreatifitas pengolahan limbah laut seperti cangkang kerang untuk menambah penghasilan nelayan.

Sudah saatnya kebanggan Indonesia akan kekayaan lautnya kembali dibangun. Lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut sudah seharusnya kembali menjadi identitas bangsa Indonesia yang dapat berkuasa, dan berjaya di bidang maritim. Menginjak tahun 2013 ini perlu adanya banyak gerakan baik itu dari masyarakat lokan yang menyadari akan pentingnya berkuasa atas laut negeri sendiri, maupun dari pemerintah yang terus mendukung pemberdayaan nelayan, dan tak lupa terus melindungi serta memperkuat hukum dlama menjaga laut Indonesia kita ini.

No comments:

Post a Comment