Wednesday, February 6, 2013

Solusi Mahasiswa FTI Terhadap Permasalahan Energi



http://assets.kompas.com/data/photo/2011/10/12/1359122620X310.jpg

Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% pertahun. Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM. Tak terkecuali Indonesia, di negeri tercinta kita ini kebutuhan akan energi juga semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan kendaraan yang tak terkendali dan banyak alat yang membutuhkan tenaga listrik.

Saat ini Indonesia sendiri masih mengalami ketergantungan terhadap minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi. Konsumsi kebutuhan energi di Indonesia berdasarkan kebutuhan rumah tangga, transportasi dan industri berdasarkan Outlook energi Indonesia tahun 2011 yang dikeluarkan BPPT, dijelaskan bahwa konsumsi energi pada kurun waktu 2000 – 2009 meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 865,4 juta SBM pada tahun 2009 atau meningkat rata-rata 2,2% pertahun. Sedangkan sumber energi yang digunakan sebagian besar masih bergantung dari energi yang berasal dari fosil. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa persediaan minyak bumi dan batubara semakin lama semakin menipis. Karena itulah diperlukan energi baru yang digunakan untuk mengurangi ketergantungan akan minyak bumi dan batubara.

Melihat dari sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia, sebenarnya banyak potensi energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan. Diantaranya yaitu panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin dan biofuel. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia yaitu 29,038 GW. Namun demikian pemanfaatannya masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 1.189 MW.

Pemanfaatan energi terbarukan lainnya yang berasal dari tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin masih terbatas. Tenaga air dimanfaatkan hanya 7,54% dari potensi sebesar 75,670 MW. Biomass digunakan hanya 3,25% dari sumber daya 49,810 MW. Sedangkan kapasitas terpasang dari tenaga surya sebesar 13.5MW dan tenaga angin hanya 1.87 MW. Untuk biodiesel hanya dimanfaatkan sekitar 10% dari kapasitas produksi. Sedangkan bietanol produksinya masih relatif kecil.

Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki sumber gas non-konvensional yang cukup besar. Gas non-konvensional adalah gas yang berasal dari ‘reservoir” dengan permebilitas rendah dan pengusahaannya menggunakan teknologi tertentu seperti perekahan. Jenis gas non-konvensional antara lain coal bed metane (CBM) dan shale gas.

CBM mempunyai multi guna antara lain dapat dijual langsung sebagai gas alam, dijadikan energi dan sebagai bahan baku industri. Eksploitasi CBM tidak akan merubah kualitas matrik batubara dan menguntungkan para penambang batubara. Karena gas emisinya dapat dimanfaatkan sehingga lapisan batubara menjadi aman untuk ditambang. Selain itu, CBM termasuk salah satu sumber energi yang ramah lingkungan.

Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Shale gas dapat menjadi sumber energi yang penting di masa mendatang karena shale gas memiliki keunggulan. Shale gas menghasilkan emisi karbon sekitar setengah dari emisi batubara. Shale gas juga dapat menurunkan biaya energi karena produksi shale gas menyebabkan penurunan harga gas alam secara signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan keamanan enegri, dan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil asing yang mahal.

Salah satu fakta lagi membuktikan bahwa Indonesia juga memiliki sumber energi panas atau disebut energi geothermal yang cukup banyak. Menurut berita yang dilansir dari Antara news, Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar dunia khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera, kedua pulau ini merupakan tempat hunian mayoritas penduduk Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa sumber energi panas di Indonesia tidak main-main jumlahnya. Perlu adanya keseriusan yang lebih dalam mengembangkan sumberdaya tersebut.

Namun, saat ini pemerintah berulangkali menawarkan penawaran berupa kenaikkan harga BBM dengan dalih agar masyarakat mau beralih kepada sumber energi terbarukan. Kekurangan sumber dana untuk mengembangkan energi terbarukan merupakan alasan yang terus diungkapkan sehingga membutuhkan dana subsidi dari BMM untuk dapat mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. Hal tersebut acap kali di ungkapkan oleh para petinggi Indonesia salah satunya pada symposium energi nasional beberapa waktu lalu yang diselenggarakan di ITS.

Padahal, banyak sekali solusi yang bisa diselesaikan tanpa secara serta merta menaikkan harga BBM. Walaupun hal tersebut hanya sekedar wacana masyarakat bila mengetahui hal tersebut bisa secara sigap untuk langsung menaikkan harga BBM. Pertama, perlunya kebijakan yang mendukung pengembangan pemanfaatan energi di Indonesia. Kebijakan ini utamanya berkaitan dengan pemanfaatan energi for what and how dan aksi implementasi konkrit yang sistematis.

Selain itu dalam pengembangan energi juga dibutuhkan fasilitas pendukung. Karena keterbatasan APBN dapat dilakukan peniadaan subsidi bagi masyarakat kelas menengah keatas. Public Private Pernertship (PPP) bisa dijadikan pertimbangan. Peran pemerintah dibutuhkan dalam hal perijinan dan kepastian investasi, pembebasan lahan, serta penyiapan dokumen proyek dan penjaminan. Diperlukan insentif fiskal berorientasi perspektif jangka menengah dan panjang. Insentif fiskal diperlukan untuk pengembangan energi sesuai dengan keperluannya. Disamping itu diperlukan insentif untuk pembangunan industri energi dan pengembangan sumber-sumber baru, terutama di daerah remote dan terbatas infrastruktur.

Sebagai mahasiswa FTI seharusnya kita juga dapat melakukan beberapa riset untuk mengembangkan kendaraan yang dapat memanfaatkan sumber energi terbarukan tersebut. seperti halnya mobil listrik yang baru-baru ini diluncurkan oleh ITS, EC-ITS 1.0. Pengembangan teknologi seperti itulah yang harus kita lakukan dalam mendukung penggunaan sumber energi terbarukan. Tak hanya kendaraan, mungin beberapa alat elektronik lain bisa juga kita modifikasi untuk meminimalisir penggunaan energi listrik. Karya-karya tersebutlah yang seharusnya terus kita kembangkan secara berkelanjutan bukan hanya sekedar prototype. Tentunya butuh usaha, kreativitas dan kekonsisitenan mahasiswa sendiri dalam mengembangkan alat yang telah ditemukannya.
           

No comments:

Post a Comment