Sunday, February 5, 2012

Di KRL



Saat itu aku sedang berada dalam KRL yang penuh sesak. Berbagai warna baju, kulit, bercampur baur. Keadaan yang penuh itu ditambah hujan deras yang mengguyur kota Jakarta membuat kondisi tersebut menjadi sangat tidak nyaman. Hujan deras yang turun tak ada henti-hentinya itu membuat bangku yang seharusnya bisa diduduki oleh penumpang, menjadi basah dan sampah berserakan. Tapi ada satu sosok yang menarik perhatianku. 

Sosok yang tak terlalu diperhatikan. Sosok hitam, kumal, berlari-larian di KRL tanpa memperhatikan lingkungan sekitar. Bocah yang agak terganggu mentalnya tersebut bermain hujan di KRL dengan senyum yang tetap mengembang diwajahnya yang lugu itu. Tak lama kemudian bocah tersebut merogoh kantong plastik dari saku celananya dan mulai memungut sampah yang berserakan. Iapun tak segan untuk berjongkok dibawah kaki orang banyak untuk mengambil sampah yang ada. 

Dengan baju basahnya yang kotor, ia terus memungut sampah di dalam KRL tersebut. Sungguh perbuatan mulia yang dilakukannya. Dengan penampilannya yang diremehkan orang, ternyata perbuatan baiknya itulah yang sangat berbeda dengan orang lain yang hanya bisa membuang sampah sembarangan didalam KRL. Tertegun aku melihat sosoknya yang tetap terus memasang wajah ceria dan senyum selalu menghiasi seolah-olah hal tersebut adalah suatu keasyikan sendiri baginya.

Berdasarkan pengalamanku melihat semangat anak kecil yang bahkan terlihat tidak berguna, tenyata menyimpan suatu perbuatan mulia dengan membersihkan KRL dari sampah yang malah dibuang oleh orang yang mentalnya tidak terganggu sama sekali. Ironis memang melihat ketidakdisiplinan masyarakat umum.

Tapi belajar dari itu semua, kita tidak boleh melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Untuk menilai seseorang lihatlah dari apa yang sebenarnya sudah mereka lakukan untuk orang banyak. Ketika aku mengaca pada diri sendiri ternyata apa yang anak kecil lakukan itu sangat berguna bagi orang lain dan aku, apa yang telah aku lakukan untuk orang lain. Selama perjalanan itu aku menatap jendela yang diguyur hujan dengan pemandangan luar yang samar dan kaca yang tertutup embun. ‘Aku harus menjadi orang yang lebih berguna bagi masyarakat luas,’ tekadku dalam hati.

No comments:

Post a Comment