Sepertinya baru kemarin kuncup bunga itu muncul. Tapi ternyata saat ini
bunga itu sudah mulai mekar, dan bunga yang telah lama mekar mendadak
berguguran meninggalkan tangkainya. Sedih rasanya melihat banyak bunga yang
pergi meninggalkan tangkai itu. Tapi itulah siklus yang terjadi. Bunga baru bermekaran
menggantikan bunga yang telah pergi, lalu ada kuncup-kuncup bunga baru yang
tumbuh. Fenomena yang unik untuk dilihat namun sulit untuk dirasakan.
Sama halnya saat ini. Satu persatu kakak-kakak tercinta meninggalkan
asrama yang sebenarnya kami sebut itu rumah. Dimana kita terbiasa tertawa,
tersenyum, bahkan tidak terasa bila memang kadang kala ada sedikit kekecewaan
satu sama lain. Perasaan itu telah berbaur mengesampingkan perbedaan diri yang
ada dan amat terasa bila satu persatu mulai pergi.
Banyak kegiatan yang dilakukan dan terlalu banyak sehingga kata-kata
mungkin tak kuasa untuk menggambarkannya secara detail. Mulai dari kegiatan
pembinaan pagi yang saling membangunkan (kalau saya lebih sering dibangunkan),
memasak bersama, makan bersama, kerja bakti bersama dan masih banyak lagi yang
terangkum dalam memori indah, tak terucapkan. Bukan berarti berlebihan dalam
mengemas itu semua, tapi memang merupakan suatu momentum yang sangat membekas.
Mungkin memang sempat terpikirkan bila masa ini akan tiba. Saat itu saya
hanya bisa berandai-andai apakah sudah ada kesiapan bila hal tersebut terjadi? Kesiapan
untuk menggantikan sosok-sosok hebat mereka yang telah berhasil mengarungi
waktu dan berusaha mendewasakan diri dengan hidup mandiri. Kadang waktu memang
menuntut kita untuk cepat bertumbuh dan dapat menjadi pribadi yang bermanfaat.
Dan ketika waktu itu telah datang, ternyata kesiapan itu masih belum
muncul. Keinginan untuk terus belajar membuat diri ini seakan takut untuk menjadi
sosok yang akan menjadi contoh. Namun pada hakikatnya keinginan untuk terus
belajar itu memang tidak akan pernah sirna selama nyawa masih bersatu dengan
tempatnya terbiasa tinggal.
Menentang waktu agar tidak bergulir atau harus bergulir secara perlahan
itu memang tidak mungkin. Bila saya harus menunggu kesiapan tak akan pernah ada
habisnya. Pada akhirnya memang mau tidak mau, suka tidak suka harus berani
menghadapi waktu yang telah tiba. Mungkin kesiapan akan tiba bila kita berusaha
mencoba melewati ketakutan yang dipikirkan. Sulit untuk ditafsirkan bila terus
berkutat membahas soal waktu yang akan datang dan kesiapan diri.
Semoga bunga yang pergi itu kini telah berada dalam tempat yang lebih
baik, dan meninggalkan pembelajaran-pembelajaran indah yang dilihat secara
langsung maupun tidak langsung oleh bunga-bunga muda yang masih bertahan. Saya hanya
bisa berharap agar bunga muda itu dapat menjadi sosok yang lebih baik dan lebih
tangguh layaknya baja dengan kadar karbon yang sesuai. Agar bunga-bunga muda
itu dapat menjadi teladan bagi kuncup baru, sehingga siklus mendekati sempurna
yang lebih baik dapat tercipta.
No comments:
Post a Comment