Thursday, May 9, 2013
Tujuanku, Baik atau Buruk?
Ya, saat ini semua telah bertumbuh dan berhak menentukan jalan masing-masing. Kembali lagi pada tujuan dan prinsip hidup untuk menjadi apa nanti kedepannya. Keputusan tersebut pun tidak dapat dipaksakan, sesuai dengan pandangan dan pola berpikir dari masing-masing insan, entah itu akan berakhir baik ataupun buru, bermanfaat atau hanya kesia-siaan belaka. Namun sebenarnya, semua itu dapat dipertimbangkan dengan baik bila kita benar-benar merenungi serta bersedia untuk mengkritisi hasil akhir yang akan diperoleh. Dengan begitu, tentunya tidak akan ragu lagi dalam mencari jalan yang bisa ditempuh agar menghasilkan sesuatu yang baik.
Sebagai seorang muslim, seharusnya tujuan hidup tidak lagi menjadi bahan pertanyaan berulang-ulang. Secara sederhana, telah jelas janji Allah dalam Al-Quran akan balasan surga akan diterima oleh orang-orang beriman, mengerjakan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Lalu, proses apa yang harus dijalani dalam mencapai tujuan besar itu? Tentunya suatu runtutan proses yang tidak menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Islam.
Uniknya, masih saja ada pertentangan-pertengan akan kejelasan hal tersebut. Terkadang asumsi pribadi merupakan penguat keyakinan diri dan menganggap bahwa hal yang dilakukan adalah sebuah perilaku yang dapat dimaklumi. Bisa saya ambil contoh,
‘Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.’ [Qs. al-A'raaf 26]
‘Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59].
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ….’ [Qs. an-Nûr : 31].
Berdasarkan ketiga ayat Al-Quran tersebut, perintah berhijab itu merupakan kewajiban bagi wanita. Namun sayangnya, masih saja ada yang menganggap bahwa ada sedikit toleransi terkait kesiapan diri, kesiapan tingkah laku agar tertata terlebih dahulu baru menunaikan hal tersebut. Padahal mari kita tinjau lagi, akankah tingkah laku yang baik akan terwujud tatkala pelanggaran akan syariat tersebut masih terlaksana? Atau kenapa syariat yang menjadi fasilitator untuk menjadi pribadi yang lebih baik malah menjadi ritual terakhir yang dilakukan? Alih-alih menjadi pribadi yang baik, malah menunda diri sendiri untuk melakukan kebaikan.
Karena itu, mari kita segera menyakinkan tujuan dan mulai menyicil proses-proses yang harus dilakukan. Melakukan kebaikan bukanlah suatu beban, saat kita yakin akan tujuan kita yakni Allah Azza Wa Jalla. Proses yang dilakukan menuju surga Nya terkadang berliku, namun yakinlah bila semuanya akan diberi kemudahan untuk mencapainya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment