Wednesday, April 30, 2014

Kisah Semut, Nyamuk, dan Angin

Semut itu terlalu letih menapaki gundukan batu. Sesekali ia pun berhenti sejenak untuk mengatur napas dan kembali berjalan. Dengan langkah sekecil itu, gundukan batu terasa selalu jauh untuk dapat ditaklukkan. Butuh berjam-jam rasanya untuk berhasil melaluinya. Uniknya, ia tak bertemu seorang pun kawan ditengah perjalanan. Mungkin mereka telah paham akan sulitnya medan yang ditempuh hanya dengan mendengar keluh kesah dari kakek moyangnya yang juga pernah merusaha melewati gundukan batu tersebut. Serangga itu pun tak kenal menyerah, walaupun jalannya sudah sedikit terseok-seok ia tetap berusaha menapaki gundukan batu tersebut sebelum malam menjelang. Pasalnya saat malam tiba, kisah gundukan batu tersebut lebih mengerikan lagi.

Satu persatu bukit batu pun berhasil ia lewati, namun sayangnya masih banyak puluhan bahkan ratusan bukit batu yang harus ia lewati sebelum akhirnya tiba pada lahan basah. Hingga akhirnya ia pun tersandung akar pohon yang melintang diatas gundukan batu. Salah satu kakinya terkilir. Ia pun tak kuasa hingga akhirnya meronta-ronta kesakitan. Sedangkan aku hanya hanya dapat melihat dari sudut pandang lain. Membantu mengurangi kerikil itu hingga akhirnya hanya tinggal sedikit gundukan lagi yang harus dilewati. Aku pun hanya dapat berdoa agar semut lain mau mendengar jerit kesakitannya dan membatunya untuk melewati gundukan batu tersebut.

Sudah beberapa malam aku melihatnya yang masih belum mau bergerak. Untungnya kisah bermalam di gundukan batu tersebut tidak seseram yang dibicarakan. Ia masih dapat tertidur pulas dan tak diganggu oleh hewan malam yang diceritakan sering kali melintas dan memangsa apa saja yang ada di depannya. Aku pun berdiskusi dengan angin agar mau membantunya dan tetap memberikan hawa sejuk agar ia tetap bisa bernapas. Sayangnya seekor nyamuk kerap mengganggu diskusiku dengan angin. Ia pun mencibir diskusi tentang serangga kecil tersebut. Sedikit memutup telinga dan menghindari pandangan dengan nyamuk aku pun tetap mengawasi serangga kecil tersebut. Saat ini ia telah kuat berjalan dan sebentar lagi mencapai akhir. Lagi-lagi aku hanya bisa menjauh dan mengacuhkan nyamuk, dan tetap berharap kepada angin.

No comments:

Post a Comment