Wednesday, December 2, 2015

Hai Desember!

Hai Desember!
Sepoi-sepoi angin basah yang kerap membawa rintik-rintik hujan kembali hadir. Penghujung tahun Masehi yang kerap membawa aroma tanah basah yang dingin dan lembab. Hmm, kata orang hujan itu sering membuat orang melamun memikirkan lampau. Tapi malas sudah diri ini kembali menatap bulan-bulan silam. Pertahanan diri masih saja tinggi untuk sekedar duduk dan termenung mengingat masa lalu. Karena bukan mudah melewati bulan-bulan sebelumnya.

Hai Desember!
Cibiran itu kembali memekakkan telinga. Ya sama seperti Desember-Desember sebelumnya. Dengung keraguan, pandangan sebelah mata, hingga rasa pesimis menggaung begitu saja. Lalu, sama seperti sebelumnya, tetap berteman dengan angin yang terus bergulir agar dapat menghembuskan ucapan-ucapan miring itu. Apa kau percaya dengan mereka? Aku tidak!

Hai Desember!
Apa kamu tau? Aku kembali membuat beragam rencana. Meneruskan rencana yang telah kubuat di masa lampau, sebagian membuat list rencana baru menyesuaikan berbagai kejadian yang telah terjadi di luar perkiraan. Ya, saat ini aku harus menyesuaikan dengan banyak hal. Mencoba berbagai peruntungan seraya menyembuhkan berbagai guratan-guratan.

Hai Desember!
Sempat diri berpikir untuk tidak sampai pada bulan Desember. Ingin saja menghentikan waktu cukup di Nopember atau Oktober. Karena di sana semua lahir bukan berpulang. Namun apa daya. Desembermu akhirnya tiba dan membawakan nyanyian rindu. Awal bulanmu membuisikkan kalimat sendu. Ah, ya sudah alhamdulillah aku masih bisa bertahan di Desember kali ini.

Hai Desember!
Apa diri sekarang sama dengan diri yang dulu? Ya, aku masih saja keras kepala dengan segala kepercayaan diriku. Dengan segudang mimpi dan cita-cita, tentang masa depan bukan hanya tentang aku, namun mereka dan banyak orang. lalu siapa yang akan memimikirkan ku? Kadang aku terdiam mendengar pertanyaan itu. Hemmm, intinya bagian jiwaku yang itu sama saja seperti dulu.

Hai Desember!
Saat ini aku dihadapkan dengan orang-orang yang merasa dirinya benar. Duh, ingin rasanya aku tertawa terpingkal-pingkal melihat mereka yang kekeuh dengan segala kebenaran yang disodorkan. Bukannya aku tak percaya, namun mereka terlalu memaksakan diri mengatakan bahwa kebenaran itu berasal dari cerita masig-masing yang lebih tau dunia ketimbang aku. Apalah mau mereka! Sudah jelas yang tau kebenaran hanya yang memiliki langit dan bumi. Masih saja mereka dengan sombongnya bilang bahwa mereka yang benar. Sudahlah, aku tidak percaya lagi dengan segala omong kosong. Karena menurutku sesuatu yang benar akan tetap diam dan menyampaikannya dengan bahasa tersirat. Dengan sikap mereka yang santun serta mencontohkan kebenaran itu.

Hai Desember!
Hai Desember!
Hai Desember!
Hai Desember!

Semoga saja aku masih dipertemukan dengan Desember-Desember penuh cerita lainnya..........

No comments:

Post a Comment