Belakangan ini sang penguasa siang tak pernah absen
menjalankan tugasnya. Sama seperti hari ini. Dibalut oleh paparan sinarnya yang
terang benderang, aku duduk di kawasan kampus UNAIR. Bukan karena sudah bosan
dengan kondisi kampus sendiri yang sudah setip hari di jamah, namun ada suatu
hal yang menyebabkan saya berada disana. Pembinaan kali ini berbeda dengan
pembinaan sebelumnya. Selain karena denda yang diberikan bila terlambat
konfirmasi kedatangan, pendamping juga menyiapkan sesuatu yang tidak biasa
dalam materi managemen konflik.
Awalnya saya sama sekali tidak mengerti maksud dari
pendamping. Tiba-tiba saja kami naik angkot tanpa tujuan yang jelas yang
sebelumnya telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari
tiga sampai empat orang. Dengan hanya berbekal uang sebesar lima belas ribu,
kami diajak ke suatu tempat yang sebenarnya tidak asing bagi saya. Karena saya
juga sempat nyasar hingga tempat tersebut (lagi-lagi nyasar). Ya, pacar keling.
Tempat tersebut tetap terlihat padat walaupun matahari bersinar dengan teriknya.
Hiruk pikuk menyelimuti pasar tersebut. Salah satu penyebabnya mungkin adalah toko
sepatu yang ada di pinggir jalan meberikan diskon hingga lima puluh persen.
Setelah diberitahu bahwa kami memiliki misi mencari produk
makanan yang berbahan dasar lele serta kembali ke UNAIR namun dengan membawa
uang sebesar sepuluh ribu. Untungnya saya ditemani oleh dua orangyang berbakat.
Satu teman saya dari kedokteran hewan UNAIR (sebut saja melati) yang dapat ‘menjual
diri’ dengan omongannya (karena orangnya cukup banyak berbicara karena emang
biasa jualan, hehe). Serta satu orang lagi mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan
ITS (bisa dipanggil raja) yang sudah siap untuk ‘dieksploitasi’ agar kami bisa
mendapatkan uang. Kalau saya sendiri hanya bisa pasrah dan membantu mereka
lewat doa serta memasarkan mereka (-_-v).
Mulanya kami langsung menuju ke toko yang mengolah
makanan berbahan dasar lele. Teman saya melati mengusulkan untuk ke tempat
makan pecel Lele Lela. Dengan penuh percaya diri dan strategi yang matang kami
melangkahkan kaki menuju tempat terbut. Sesampainya di depan toko kami ragu
untuk masuk, karena bingung akan bertanya apa. Mungkin penjaga toko yang melihat kami menyangka kalau kami akan
ngamen atau mau makan tapi tidak punya uang (memang benar) didepan toko mereka.
Namun dengan kemantapan hati yang tinggi, layaknya trio kwek-kwek yang akan
manggung akhirnya kami menemui manager tempat tersebut.
Setelah perkenalan diri kami langsung saja berdiskusi
tentang pemasaran yang dilakukan sehingga tempat makan tersebut bisa laris dan
membuka cabang dimana-mana. Padahal dengan bahan baku Lele yang biasanya hanya
dimakan oleh orang-orang kelas bawah karena image
Lele yang biasanya di kali dan makan kotoran manusia. Namun kedai makanan itu mampu
merubah citra lele sehingga dapat diterima di orang-orang kalangan menengah ke
atas.
Karena penasaran, kami pun mulai menyanyakan sejarah
terbentuknya kedai tersebut. Tapi karena memang mereka hanya membeli nama dan
resep masakan, jadi manager yang kami temui tidak mengetahui sejarah
terbentuknya pecel lele tersebut. Kami malah disuruh membeli buku sejarah
tempat tersebut terbentuk. Mungkin toko tersebut perlu mengkader setiap orang
yang akan bekerjasama membeli nama produk tersebut agar bukan hanya keuntungan
finasial yang didapat, tapi rasa memiliki yang tinggi. Karena itulah makna dari
pengkaderan sesungguhnya.
Setelah misi pertama selesai, layaknya agen rahasia
kami pun beranjak menjalankan misi selanjutnya. Kami pergi mengelilingi pasar
hingga tiba di sebuah tempat makan soto Lamongan. Dengan kepercayaan diri
tinggi dan rasa malu yang kurang kami menawarkan diri untuk bekerja apa saja di
tempat makan tersebut. jurus-jurus rayuan perpaduan antara ilmu kedokteran dan
ilmu material pun kami padukan. Karena ibu itu tidak tega dengan kami yang
tidak bisa pulang akhirnya ibu yang baik hati tersebut mempersilahkan kami
untuk bekerja.
Namun naasnya teman kami, Raja belum mendapatkan pekerjaaan. Ia pun
memasang muka melas, dan akhirnya kami memasarkan dirinya di toko-toko. Mungkin
memang karena ia yang tidak cocok untuk berjualan atau memang tidak ada yang
mau menerima akhirnya ia berusaha mencari kerja sendiri.
Di tempat makanan tersebut Melati bekerja membantu
menyuci piring soto sedangkan saya disuruh menyuci gelas minuman. Setelah bekerja
mencuci piring dan gelas selama lima belas menit, kami (saya dan melati)
langsung disuruh makan soto.
Ibu Ida :
Udah nak nggak usah nyuci pring lagi ayo makan. Pasti laper ya
Melati : nggak bu nanggung ini kerjaannya
Ibu Ida :
ayo nggak apa-apa
Melati :
saya nyapu saja bu.
Ibu Ida :
kamu nggak biasa nyapu ya? Ayo deh makan dulu.
Melati :
(menghampiri saya) ayo sha makan
Ibu ridh :
nak sudah disuruh makan itu. Padahal saya juga sudah masakin kamu. Ya sudah makan
soto dulu
Saya :
Nggak bu. Saya nyelesaiin nyucinya dulu. (nyuci ngebut)
Ibu Ridho :
aduh makan saja sana nak. Belum makan kan?
Akhirnya saya dan Melati makan soto sambil
bercakap-cakap selama setengah jam. Kemudian kami kerja kembali. Tak disangka-sangka
Raja kembali dengan mukanya yang suram. Dia berdiri di depan warung soto dengan
mata yang berkaca-kaca.
Ibu Ida :
itu temennya kasian banget. Udah nak sini makan dulu
Raja :
iya bu
Setelah makan raja mencuci gelasnya makan dan gelas
kami. Wajahnya pun kembali sumringah setelah mendapat tolakan kerja
disana-sini. Kami pun berfoto-foto dengan ibu tersebut. Saat kami hendak pulang
karena waktu yang dibatasi, ibu-ibu tersebut memberikan kami uang sebesar lima
puluh ribu. Kami pun terkejut dengan pemberian tersebut. kerja yang tak
seberapa, dikasih makan soto, dikasih minum juga, eh kami juga dibayar dengan
uang yang lumayan besar. Andai saja kerja bisa semudah itu. Kami pun berpamitan
dengan ibu-ibu tersebut dengan memberikan wejangan-wejangan tentang kebersihan
tempat makan yang harus dijaga dan pipa-pipa yang sebaiknya dibersihkan agar
tidak berkarat.
Kami pun sampai di UNAIR kampus B dengan bangga dan
mendapatkan banyak pelajaran. Dan ternyata kelompok kami lah yang mendapatkan
juara satu. Dalam satu tim diperlukan
koordinasi yang baik sehingga semua tugas dapat terselesaikan dengan baik.
No comments:
Post a Comment