Beruntung merupakan kata yang acap
kali diungkapkan saat mendapatkan sesuatu yang besar atau melebihi dari
kenormalan, tentunya dalam anggapan yang positif. Mendapatkan sebuah
keberuntungan ibarat durian runtuh sehingga rasa bahagia serta syukur kerap
diucapkan tiap kali menerimanya. Raut muka pun terlihat sumringah saat apa yang
kita dapatkan melebihi atau tidak sesuai dengan batas minimal yng kita
perkirakan. Tapi, pernahkah kita selalu menganggap bahwa kehidupan ini apapun
kondisinya merupakan sebuah keberuntungan?
Ya, hal yang pertama ingin saya
sampaikan bahwa saya merasa sangat beruntung hingga saat ini. saya beruntung
dapat dilahirkan dari orang-orang yang luar biasa, dan masih dipercaya oleh Nya
untuk merasakan kehidupan dunia hingga saat ini. Rasa ini terus saja muncul
tatkala saya menganggap bahwa semua situasi yang saya terima merupakan suatu
keberuntungan karena tanpa adanya hal tersebut tidaklah mungkin saya menjadi
sosok bernyawa dan mencoba untuk terus maju sampai saat ini. Walaupun tentunya
hidup yang kita jalani saat ini tidak serta merta berlalu dengan baik.
Saat rasa beruntung itu terus
saya rasakan, rasa syukur pun terus mengiringi perjalanan hidup yang saya
tempuh. Malu pun sering terbesit saat rasa keberuntungan tersebut terasa sirna
dan menganggap bahwa hidup itu kejam tak berarti. Padahal, apa yang telah saya
miliki sampai saat ini terasa sangat lebih dibanding orang lain yang sepertinya
lebih layak mendapatkan itu karena semangat hidup yang lebih. Terkadang senyum
simpul terus terukir tatkala mengingat ternyata saya lebih beruntung ketimbang
orang lain. Beban yang seakan berat pun terasa ringan serta hati menjadi lega
saat kembali saya nyatakan bahwa kehidupan saya merupakan sebuah keberuntungan.
Dilain sisi, menganggap diri
merupakan orang paling beruntung juga membuat kita menjadi lebih berharga dan
memiliki kepercaya dirian yang lebih ketimbang terus terkungkung merasa apa
yang telah dijalani adalah sebuah kesalahan. Bahkan miris, saat masih saja ada
yang menganggap bahwa diri dapat hidup merupakan sebuah kesalahan apapun
kondisi yang dialaminya. Lalu terus terjebak kedalam jurang kesedihan yang
mendalam sehingga menganggap bahwa seolah-olah warna dunia ini mati. Tentu
dalam kondisi seperti itu malah akan menambah kesengsaraan diri sendiri.
Toh tidak selamanya juga kan kita
menangis. Pasti ada saja suatu titik dimana senyum dapat terukir baik karena
apa pun itu. Meskipun hidup tanpa masalah adalah sebuah keniscayaan, tetapi
berkata bahwa saya beruntung kan buka dosa juga. Malah semangat untuk lekas
mengatasi masalah akan berkali-kali lipat. Selagi kita merasa beruntung, rasa
syukur pun terus mengiringi.
Seperti yang
diterangkan dalam QS Al Baqaroh 152:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
Hal tersebut dapat kita asah dengan terus melihat dunia dari
sudut pandang lain. Tempat dimana ternyata apa yang kita alami saat ini masih
jauh lebih baik dari pada orang lain. Saat itulah baru rasa keberuntungan yang
dialiri syukur akan nikmat yang telah diberikan oleh Nya terasa sangat
melimpah.
Seperti kalimat yang sering dulang-ulang dalam QS Ar Rahman
:
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”
Semoga saja semua dapat measakan apa yang saya rasakan saat
ini. Bahwa sesungguhnya kehidupan yang telah diterima hingga kondisi apapun
yang diberikan merupakan sebuah keberuntungan yang luar biasa. Walaupun banyak
masalah yang menghadang, artinya Allah masih mau memberikan kepercayaan lebih
bahwa masih kita masih sanggup memikul beban tersebut. Karena sesungguhnya
hanya Allah lah yang mengetahui kapasitas diri kita. Tentunya rasa beruntung
tersebut merupakan cambuk agar dapat memberikan yang lebih dan terbaik bagi
banyak orang.
No comments:
Post a Comment