Banyak cara unik sebenarnya untuk memaknai hidup ini. Asal dengan niat yang baik, sebenarnya segala aktivitas yang kita lakukan pun dapat dimaknai sebagai pembelajaran. Mungkin secara tidak langsung, segala aktivitas organisasi yang saat ini sedang dijalani sama dengan pembelajaran menuju pembentukan organisasi kehidupan sebenarnya, yakni berumah tangga.
Sebenarnya
pemikiran ini tercetus bukan lantaran sedang banyak undangan walimahan yang
berdatangan. Hanya saja pemikiran ini baru tertuang lewat tulisan saat momen
itu sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Jujur perbincangan terkait
walimahan memang sedikit mengusik batin saya.
Kembali
kepada aktivitas rutin berorganisasi yang kerap dilakukan, memang sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan berumah tangga. Sejatinya memang hal tersebut belum
pernah dirasakan secara langsung dan menjadi tokoh utama dalam keluarga, namun
kan saya juga tetap dibesarkan dalam keluarga. Setidaknya dapat membaca ritme
proses berjalannya sebuah keluarga.
Sebuah
organisasi tentunya pasti mempunyai visi dan misi yang jelas serta dapat
dipertanggung jawabkan. Begitu pula sebuah rumah tangga, harusnya organisasi
kehidupan tersebut lebih memiliki visi dan misi yang jelas. Karena tanggung jawabnya
lebih besar, yakni kepada masyarakat dan Sang Empunya hidup.
Jelas harus
bertanggung jawab kepada masyarakat. Pasalnya, generasi muda sangat bergantung
pada pola didikan orang tua terhadap anaknya di rumah. Saat visi misi salah dan
sedikit saja melenceng, bisa jadi generasi muda yang dihasilkan salah didikan
dan berdampak besar pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan tanggung jawab
kepada Sang Pencipta tentunya sudah pasti apa pun yang dilakukan manusia dimuka
bumi sekecil apa pun pasti akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya kelak.
Dalam
sebuah organisasi tentunya ada pemimpin yang mengarahkan tim dibawahnya untuk
bekerja sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Sudah barang tentu tim
yang ada dibawahnya pun harus satu pemikiran dengan si pemimpin agar visi dan
misinya dapat tercapai. Pemimpin tersebut ibaratnya kepala keluarga. Seorang
sosok yang harusnya dapat membuat kebijakan dan merangkul tim yang ada
dibawahnya serta menjadi contoh yang nyata agar anggotanya tidak kehilangan
arah.
Begitulah
peran yang harusnya dilakukan oleh seorang ayah. Tanpa memberikan contoh baik
yang nyata, anggota keluarga lain pun akan limbung. Alih-alih patuh, bisa jadi
yang ada malah asas tidak percaya dapat timbul. Dengan begitu kadang kala biduk
keluarga pun dapat dengan mudah oleng dan bisa saja karam.
Dalam
memilih rekan kerja di organisasi juga tidak bisa asal pilih. Orang yang diajak
bekerjasama harusnya tau pemikiran kita agar tidak banyak berdebat saat
menjalankan proker dan agenda. Dengan adanya keterikatan hati secara tidak
langsung dan kesatuan pemahaman, menjalankan proker pun dapat dilakukan dengan
mudah.
Begitu pula
dalam biduk rumah tangga. Pemikiran dan pemahaman yang sama menjadi hal penting
serta harus diperhatikan. Tanpa adanya kesamaan presepsi, bisa jadi rumah
tangga akan terlihat indah di awal namun ternyata oleng saat mulai berjalan.
Untungnya dalam Islam pun mengajarkan adanya proses ta’aruf sebelum melangkah
ke jenjang yang lebih serius. Dalam tahap tersebut lah sebaiknya benar-benar mengenali
calon pasangan hidup kita agar nantinya bisa saling menunjang dalam mencapai
visi dan misi hidup.
Tak hanya
itu, pembagian tugas dan wewenag dalam suatu organisasi pun harus jelas. Hal
tersebut dilakukan agar tidak saling tumpang tindih dalam menjalankan sesuatu
dan melalaikan hal lain yang seharusnya turut diperhatikan. Misalnya saja
seorang kepala departemen bertugas untuk mengontrol biro dan staf dibawahnya
agar proker tetap berjalan dengan baik, tanpa mengesampingkan kewajibannya
dalam mengupgrade softskill dari stafnya. Lain lagi dengan bironya yang
bertanggung jawab untuk mendampingi staf dalam menjalankan proker dan memegang
staf agar tetap merasa nyaman tergabung dalam organisasi itu.
Dan hal
tersebut pun turut dilakukan dalam berumah tangga. Walalupun terkesan terlalu
saklek atau banyak peraturan layaknya Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa
(KDKM), namun pembagian tugas dan wewenang pun tetap harus diperjelas. Hal
tersebut memang dilakukan untuk meminimalisir kekecewaan usai ikrar suci pernikahan
diucapkan. Karena kadangkala bila pembagian tugas dan wewenang tidak jelas,
bagi perempuan yang memang mau melakukan aktivitas lebih diluar urusan
domestik, akan merasa terkekang saat mengetahui ternyata pasangannya tidak
memberikannya wewenang untuk melakukan hal tersebut.
Standard Operating Procedure atau yang
akrab disingkat SOP pasti kerap kali kita dengar dalam kegiatan berorganisasi.
Dengan adanya SOP, maka hal yang kita lakukan pun harus sesuai dengan standar
dan tidak melenceng atau malah melakukan hal yang lebih buruk. Setiap kegiatan
pun akan tertata dan terorganisir dengan baik.
Adanya SOP
itu pun harusnya juga diterapkan dalam kehidupan berumah tangga. Entah tertulis
atau tidak, namun hal tersebut sangat diperlukan guna menyepakati hal-hal
tertentu. Contohnya, rutinitas di dalam rumah. Saat sudah ada SOP bahwa tidak
boleh menumpuk piring di dapur atau adanya piket menyapu bergantian, otomatis
kehidupan berumah tangga pun akan lebih teratur. Atau mungkin adanya
kesepakatan bahwa tiap hari MInggu akan ada piket besama sekalian merekatkan
hubungan agar lebih harmonis bisa saja dilakukan dan kehidupan akan tertata.
Hal yang
paling penting dalam sebuah organisasi adalah adanya keterikatan batin antar anggota
didalamnya. Dengan adanya ikatan tersebut rasa cinta akan organisasi pun akan
timbul dan dapat menghasilkan semangat tersendiri untuk terus memajukan
organisasi tersebut. Tak ayal, dalam organisasi Islam doa rabithah pun
senantiasa dibaca usai berlangsungnya syuro.
Ikatan hati
ini juga harusnya benar-benar ada diantara pasangan yang tengah membina rumah
tangga. Rasa menghargai, menghormati, dan menyayangi satu sama lain pun akan
terpupuk. Walaupun banyak badai menghadang seiring berjalannya biduk rumah
tangga, niscaya hal tersebut tidak akan mencenderai organsisasi kehidupan
tersebut. Lebih dari itu, rasa cinta atas dasar cinta kepada Allah juga akan
menambah kekuatan kapal rumah tangga dalam mengaruhi samudera kehidupan.
No comments:
Post a Comment