Monday, February 17, 2014

Berorganisasi Sama Dengan Berumah Tangga?



Banyak cara unik sebenarnya untuk memaknai hidup ini. Asal dengan niat yang baik, sebenarnya segala aktivitas yang kita lakukan pun dapat dimaknai sebagai pembelajaran. Mungkin secara tidak langsung, segala aktivitas organisasi yang saat ini sedang dijalani sama dengan pembelajaran menuju pembentukan organisasi kehidupan sebenarnya, yakni berumah tangga.

Sebenarnya pemikiran ini tercetus bukan lantaran sedang banyak undangan walimahan yang berdatangan. Hanya saja pemikiran ini baru tertuang lewat tulisan saat momen itu sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Jujur perbincangan terkait walimahan memang sedikit mengusik batin saya.

Kembali kepada aktivitas rutin berorganisasi yang kerap dilakukan, memang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan berumah tangga. Sejatinya memang hal tersebut belum pernah dirasakan secara langsung dan menjadi tokoh utama dalam keluarga, namun kan saya juga tetap dibesarkan dalam keluarga. Setidaknya dapat membaca ritme proses berjalannya sebuah keluarga.

Sebuah organisasi tentunya pasti mempunyai visi dan misi yang jelas serta dapat dipertanggung jawabkan. Begitu pula sebuah rumah tangga, harusnya organisasi kehidupan tersebut lebih memiliki visi dan misi yang jelas. Karena tanggung jawabnya lebih besar, yakni kepada masyarakat dan Sang Empunya hidup.

Jelas harus bertanggung jawab kepada masyarakat. Pasalnya, generasi muda sangat bergantung pada pola didikan orang tua terhadap anaknya di rumah. Saat visi misi salah dan sedikit saja melenceng, bisa jadi generasi muda yang dihasilkan salah didikan dan berdampak besar pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan tanggung jawab kepada Sang Pencipta tentunya sudah pasti apa pun yang dilakukan manusia dimuka bumi sekecil apa pun pasti akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya kelak.

Dalam sebuah organisasi tentunya ada pemimpin yang mengarahkan tim dibawahnya untuk bekerja sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Sudah barang tentu tim yang ada dibawahnya pun harus satu pemikiran dengan si pemimpin agar visi dan misinya dapat tercapai. Pemimpin tersebut ibaratnya kepala keluarga. Seorang sosok yang harusnya dapat membuat kebijakan dan merangkul tim yang ada dibawahnya serta menjadi contoh yang nyata agar anggotanya tidak kehilangan arah.

Begitulah peran yang harusnya dilakukan oleh seorang ayah. Tanpa memberikan contoh baik yang nyata, anggota keluarga lain pun akan limbung. Alih-alih patuh, bisa jadi yang ada malah asas tidak percaya dapat timbul. Dengan begitu kadang kala biduk keluarga pun dapat dengan mudah oleng dan bisa saja karam.

Dalam memilih rekan kerja di organisasi juga tidak bisa asal pilih. Orang yang diajak bekerjasama harusnya tau pemikiran kita agar tidak banyak berdebat saat menjalankan proker dan agenda. Dengan adanya keterikatan hati secara tidak langsung dan kesatuan pemahaman, menjalankan proker pun dapat dilakukan dengan mudah.

Begitu pula dalam biduk rumah tangga. Pemikiran dan pemahaman yang sama menjadi hal penting serta harus diperhatikan. Tanpa adanya kesamaan presepsi, bisa jadi rumah tangga akan terlihat indah di awal namun ternyata oleng saat mulai berjalan. Untungnya dalam Islam pun mengajarkan adanya proses ta’aruf sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Dalam tahap tersebut lah sebaiknya benar-benar mengenali calon pasangan hidup kita agar nantinya bisa saling menunjang dalam mencapai visi dan misi hidup.

Tak hanya itu, pembagian tugas dan wewenag dalam suatu organisasi pun harus jelas. Hal tersebut dilakukan agar tidak saling tumpang tindih dalam menjalankan sesuatu dan melalaikan hal lain yang seharusnya turut diperhatikan. Misalnya saja seorang kepala departemen bertugas untuk mengontrol biro dan staf dibawahnya agar proker tetap berjalan dengan baik, tanpa mengesampingkan kewajibannya dalam mengupgrade softskill dari stafnya. Lain lagi dengan bironya yang bertanggung jawab untuk mendampingi staf dalam menjalankan proker dan memegang staf agar tetap merasa nyaman tergabung dalam organisasi itu.

Dan hal tersebut pun turut dilakukan dalam berumah tangga. Walalupun terkesan terlalu saklek atau banyak peraturan layaknya Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa (KDKM), namun pembagian tugas dan wewenang pun tetap harus diperjelas. Hal tersebut memang dilakukan untuk meminimalisir kekecewaan usai ikrar suci pernikahan diucapkan. Karena kadangkala bila pembagian tugas dan wewenang tidak jelas, bagi perempuan yang memang mau melakukan aktivitas lebih diluar urusan domestik, akan merasa terkekang saat mengetahui ternyata pasangannya tidak memberikannya wewenang untuk melakukan hal tersebut.

Standard Operating Procedure atau yang akrab disingkat SOP pasti kerap kali kita dengar dalam kegiatan berorganisasi. Dengan adanya SOP, maka hal yang kita lakukan pun harus sesuai dengan standar dan tidak melenceng atau malah melakukan hal yang lebih buruk. Setiap kegiatan pun akan tertata dan terorganisir dengan baik. 

Adanya SOP itu pun harusnya juga diterapkan dalam kehidupan berumah tangga. Entah tertulis atau tidak, namun hal tersebut sangat diperlukan guna menyepakati hal-hal tertentu. Contohnya, rutinitas di dalam rumah. Saat sudah ada SOP bahwa tidak boleh menumpuk piring di dapur atau adanya piket menyapu bergantian, otomatis kehidupan berumah tangga pun akan lebih teratur. Atau mungkin adanya kesepakatan bahwa tiap hari MInggu akan ada piket besama sekalian merekatkan hubungan agar lebih harmonis bisa saja dilakukan dan kehidupan akan tertata.

Hal yang paling penting dalam sebuah organisasi adalah adanya keterikatan batin antar anggota didalamnya. Dengan adanya ikatan tersebut rasa cinta akan organisasi pun akan timbul dan dapat menghasilkan semangat tersendiri untuk terus memajukan organisasi tersebut. Tak ayal, dalam organisasi Islam doa rabithah pun senantiasa dibaca usai berlangsungnya syuro.

Ikatan hati ini juga harusnya benar-benar ada diantara pasangan yang tengah membina rumah tangga. Rasa menghargai, menghormati, dan menyayangi satu sama lain pun akan terpupuk. Walaupun banyak badai menghadang seiring berjalannya biduk rumah tangga, niscaya hal tersebut tidak akan mencenderai organsisasi kehidupan tersebut. Lebih dari itu, rasa cinta atas dasar cinta kepada Allah juga akan menambah kekuatan kapal rumah tangga dalam mengaruhi samudera kehidupan.

No comments:

Post a Comment