Friday, February 21, 2014

Sore itu di parkiran motor...

(G: gue, X: org)


X : Vin, baru dari mana?

G : Dari perpus

X : Ngapain ke sana?

G : Beli jajan lagi obral yang seribuan nih (nunjukin jajanan)

X : kesibukanmu sekarang apa aja sih?

G : mmh, di himpunan,

X : ITS Online masih?

G : masih. di AK juga sih.

X : Sebagai apa?

G : (senyum doang) emang kenapa?

X : kok kamu kayaknya mikir terus. kurang menikmati hidup gitu.

G : kan tanda-tanda kalau orang itu hidup adalah masih bisa berpikir mas. jadi pasti sepanjang saya hidup saya mikir. kalau hidup ya saya nikmati aja... (ketawa getir, langsung meninggalkan parkiran sambil mikir lagi)


Ya, sepanjang kita hidup pasti berpikir. Seperti yang dijelaskan oleh René Descartes, seorang filosof modern yang mengatakan"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)

Selama nadi ini masih berdenyut dan ingin dianggap ada oleh manusia lain maka hendaknya kita berpikir. Begitulah yang ingin saya lakukan. Terus berpikir dan bukan untuk hal yang sia-sia.


Meski begitu, kadang sering diri ini mempertanyakan tentang kapasitas. Sanggupkah diri menjalankan semua hal dengan baik? Sudah saatnya kah untuk memilih salah satu dan menanggalkan yang lain? Sering kali pertanyaan itu menghantui benak diri. Perenungan pun sepertinya hampir dilakukan tiap hari guna menyakinkan diri.


Namun, apa daya. Rasanya semua hal sudah terlanjur mendarah daging. Malah sulit mengatakan bahwa hal tersebut lebih menarik dari yang lain. Saat ini hanya tetap mencoba agar timbangan ini tidak timpang sebelah. Dan berusaha meluruskan niat agar ada hasil yang bisa dicapai. Itulah cara tersendiri diri menikmati hidup.


Uniknya, terkadang bukan hanya kapasitas yang menjadi masalah. Namun dalam wadah tersebut juga berada dalam keadaan isotaktik sehingga materinya terus terkompres. Pressure tersebut terkadang membuat pikiran ini terlalu mampat untuk menjalankan semua. Diimbangi dengan kerapatan wadah yang maksimum, membuat diri sulit untuk keluar dan membiarkan pikiran ini bisa bernapas.


Untungnya, mata kuliah metalurgi serbuk dan paduan super sudah diambil. Mungkin proses ini mengadopsi pembuatan metalurgi serbuk yang materialnya harus di milling agar tercampur. Tentu material tersebut harus terdiri dari material-marial yang baik dan memiliki titik leleh yang tinggi agar dapat menjadi paduan super. Proses milling itu pun harus dilakukan dengan waktu yang cukup lama agar materialnya dapat membentuk paduan. Agar material tersebut padat dan memiliki ketangguhan, maka harus di kompaksi dengan tekanan yang besar dan dilakukan sintering.


Begitulah proses hidup berjalan. Untuk menghasilkan hal yang super maka harus ada proses pencampuran yang lama, diberikan tekanan besar, dan dipanaskan. Semoga nantinya semua yang dilakukan dapat bermanfaat dan menjadikan diri ini menjadi diri yang super dan berkepribadian lebih baik.

No comments:

Post a Comment