Monday, July 28, 2014

Potongan Hati yang Terpisah



Ia kembali mendengar gemerisik angin yang menerobos dahan pepohonan. Riuh rendah diiringi gema takbir bersahut-sahutan dari satu masjid dengan masjid lainnya. Membuat matanya tertutup sejenak merasakan dingin sekaligus kecemasan yang melanda. Dentingan jam turut menghantarkan nyanyian pilu. Riuh rendah petasan yang menghiasi langit mengisyaratkan kesenangan semu, membuat hati terus begidik saat mendengarnya.

Potongan hati yang telah lama terpisah kini semakin jelas terasa. Padahal lima tahun silam, potongan hati itu sudah menunjukkan tanda-tanda keretakkan yang begitu hebat. Untungnya jasad masih tetap bertemu, setidaknya masih ada perekat yang membuat adanya sedikit kenyamanan saat berkumpul bersama. Perlahan-lahan perekat itu semakin pudar seiring berjalannya waktu. Terlebih lagi saat ia sudah terlanjur memilih terpisah jauh. Satu persatu saling menjauhkan jasad masing-masing. Ya, hati itu pun terpisah. Bukan sepenuhnya, namun kelihatannya jarak membuatnya semakin merenggang. Kepercayaan lambat laun menipis, padahal harusnya itu menjadi pondasi utama.

Ya rindu, terlampau rindu untuk kembali bersama. Tertawa bersama, berkumpul bersama, dimarahi bersama dan semuanya serba bersama. Ah waktu memang membuat semuanya berubah menyisakan guratan yang sulit ditebak. Uniknya harapan itu tetap tertanam, agar dapat kembali berkumpul bersama. Walaupun telah banyak potongan hati yang tersakiti, toh masih ada Al-Quran yang dapat menjadi penawar hati. Semoga Allah dapat membukakan hati-hati itu agar harapan akan kebersamaan masih tetap ada dan terwujud pada akhirnya.

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Isra, ayat 82)

No comments:

Post a Comment