Baru
sampai rumah, duduk sebentar di bangku berusaha mengamati lingkungan sekitar
yang tidak jauh berbeda. Belum sampai sepuluh menit kata-kata itu terlontar
lagi,
“Kapan kamu lulus kuliah? Ndang kerja Vin.”
Sejenak
menghela napas. Dalam hati idealisme mahasiswa berkata, ya Alvin buat lapangan
pekerjaan nanti. Belum genap 12 jam sedikit melangkah keluar pagar kalimat yang
intinya sama pun kembali terlontar.
“Sudah semester berapa mbak Alvin? Sebntar lagi
kerja ya?”
Lagi-lagi
hanya bisa tersenyum dan mengiyakan, tanpa buang waktu pun kembali pulang.
Dalam hati berkata ya Insha Allah doakan saja ya. Sesampainya di rumah telefon
berdering. Dengan gaya santai telefon pun aku angkat.
“Vin kamu sudah sampai di rumah? Yowes, ndang kerja
ndang diselesaikan kuliahnnya. Jangan lama-lama kuliah. Kerja aja sana.”
Berusaha
santai dan tetap mengiyakan dan meminta doa restu. Usai mengangkat telefon
kembali menghela napas panjang. Berusaha merenungi semua pernyataan yang
dilontarkan oleh beberapa orang. Belum sampai satu jam merenung, kalimat
bermaksud serupa pun kembali terdengar. Ya kalau dibilang satu hari lebih dari
lima kali kalimat tersebut terdengar (untungnya singgah di rumah sekitar tiga
hari aja).
Begitulah
mendekati tahun terakhir. Dulu pas SMA yang ditanyain mau lajut kuliah di mana.
Sekarang sudah mau menginjak tahun ke empat, juga sudah mulai terasa adanya
intimidasi batin. Ya, mau tidak mau semakin bertambahnya usia, tanggung jawab
yang dipikul pun semakin besar. Dulu masih enak dengan status siswa dan mahasiswa
dianggap masih menjadi tanggungan orang tua. Beda dengan status mahasiswa yang
berubah menjadi dewasa mandiri, orang tua dan keluarga lah yang telah menjadi
tanggung jawab pribadi. Semoga akan banyak kemudahan dalam menjalankan tanggung
jawab seiring dengan bertambahnya usia. Well, Selamat datang tahun ke empat!
No comments:
Post a Comment