Sunday, December 28, 2014

Perebutan Jiwa



Perebutan itu kembali digelar. Ibarat piala bergilir, mungkin saat ini ia masih terlihat cantik dan menyilaukan. Sayangya, terlalu rapuh bila harus melulu dilempar-lempar, ditarik, digores, dan diakui. Apalah daya, hanya bisa mengatakan kasihan saat melihatnya. Bahkan mugkin saat ini ingatannya sudah mulai memudar, saking banyaknya orang yang ingin meraihnya.

Memandang dari jauh, membuatku turut prihatin atas kondisinya. Sepertinya ia mulai lelah. Hatinya yang hanya satu itu, berusaha diperebutkan dan dibagi-bagi. Jasadnya yang hanya seonggok daging itu berusaha dimiliki oleh yang lainnya. Bukan hanya itu, bahkan pikirannya pun berusaha diakui oleh orang lain.
 
Tak membayangkan aku hak atas dirinya sendiri. Sepertinya hak itu lambat laun terkikis oleh asas kepemilikan dari orang lain. uniknya ia tetap tersenyum bahkan tertawa atas keberadaannya saat ini. Terkadang menari-nari atas keberhasilannya, padahal bayang-bayang kepemilikan atas dirinya masih saja menjadi sengketa oleh beberapa orang.

Saat bercerita, kadang ia merasa masih berada pada zona nyaman. Bagaimana tidak, ia merasa masih saja bisa merasa bahagia atas semua kondisi yang ada. Sebenarnya melihatnya saja pun aku tak tega, mana mungkin perasaan itu masih membayangi dirinya. Unik memang, semoga saja ia tetap kokoh berdiri ditengah semua yang ia rasakan. Lucunya dia yang aku lihat itu berada didalam cermin.

Ya sudahlah, biarkan alam yang membantu menguatkannya. Semoga Allah senantiasa menguatkan jiwanya. Karena hakikatnya diri dan seluruh jiwanya hanya lah milik Nya, Sang Penguasa alam raya.

No comments:

Post a Comment