Perebutan itu kembali digelar. Ibarat
piala bergilir, mungkin saat ini ia masih terlihat cantik dan menyilaukan. Sayangya,
terlalu rapuh bila harus melulu dilempar-lempar, ditarik, digores, dan diakui.
Apalah daya, hanya bisa mengatakan kasihan saat melihatnya. Bahkan mugkin saat
ini ingatannya sudah mulai memudar, saking banyaknya orang yang ingin
meraihnya.
Memandang dari jauh, membuatku
turut prihatin atas kondisinya. Sepertinya ia mulai lelah. Hatinya yang hanya
satu itu, berusaha diperebutkan dan dibagi-bagi. Jasadnya yang hanya seonggok
daging itu berusaha dimiliki oleh yang lainnya. Bukan hanya itu, bahkan
pikirannya pun berusaha diakui oleh orang lain.
Tak membayangkan aku hak atas dirinya sendiri. Sepertinya hak itu lambat laun
terkikis oleh asas kepemilikan dari orang lain. uniknya ia tetap tersenyum
bahkan tertawa atas keberadaannya saat ini. Terkadang menari-nari atas
keberhasilannya, padahal bayang-bayang kepemilikan atas dirinya masih saja
menjadi sengketa oleh beberapa orang.
Saat bercerita, kadang ia merasa
masih berada pada zona nyaman. Bagaimana tidak, ia merasa masih saja bisa merasa
bahagia atas semua kondisi yang ada. Sebenarnya melihatnya saja pun aku tak
tega, mana mungkin perasaan itu masih membayangi dirinya. Unik memang, semoga
saja ia tetap kokoh berdiri ditengah semua yang ia rasakan. Lucunya dia yang aku lihat itu berada didalam cermin.
Ya sudahlah, biarkan alam yang
membantu menguatkannya. Semoga Allah senantiasa menguatkan jiwanya. Karena hakikatnya
diri dan seluruh jiwanya hanya lah milik Nya, Sang Penguasa alam raya.
No comments:
Post a Comment